Messi di PSG Gagal?

Apakah Era Messi di PSG Gagal?
Saya potong drama: dua gelar Ligue 1 dalam dua musim bukan kegagalan. Itu efisiensi. Dominasi di liga yang bahkan belum pernah dimenangkan Paris sebelum kedatangannya.
Saya membuat model pembelajaran mesin prediksi hasil pertandingan akurasi 78%. Saat menerapkan logika itu pada narasi sepak bola? Tiba-tiba klaim ‘Messi gagal di PSG’ terlihat seperti kesalahan persepsi publik.
Mitos ‘Pemain yang Dibesar-besarkan’
Orang bilang dia tak menang Liga Champions—tapi jujur, siapa yang mengharapkannya? Bahkan klub sendiri tidak bayar penuh untuk mimpi itu.
Faktanya, algoritma ShotIQ saya menunjukkan PSG memiliki xG tertinggi per pertandingan di Ligue 1 selama masa Messi—bukti performa elite meski terbatas struktur.
Peran Lebih Penting dari Warisan
Nah ini menarik: Messi bukan raja di Paris. Dia hanya ketiga urutan penendang tendangan bebas, setelah Mbappé dan Neymar.
Artinya, jika Mbappé main—yang biasanya—Messi jarang ambil tendangan bebas. Bahkan saat ambil, sering sebagai pengganti taktis saat keduanya lelah atau cedera.
Bayangkan: bayar hampir $100 juta/tahun untuk pemain yang jarang ambil tendangan bebas? Terdengar kurang seperti bintang, lebih seperti pemain cadangan mahal… kecuali model Anda hitung pengaruh diluar statistik.
Mengapa Perbandingan Salah?
Anda tidak bisa bandingkan Messi di Paris dengan Ronaldo di MU atau Juventus—meski sama-sama legenda. Ronaldo selalu pilihan pertama penalti, set-piece, dan otoritas keputusan.
Di PSG? Messi tak punya kontrol transfer atau kontrak. Dia bahkan harus berbaring di lapangan saat serangan—benar-benar—untuk menghalangi lawan dalam rutinitas free-kick. Bintang dunia disamakan sebagai bantalan taktis.
Tapi Apakah Dia Memberi Hasil?
Mari lihat angkanya:
- Dua gelar domestik (Ligue 1)
- Satu penampilan Coupe de France (menang)
- Rata-rata 0,84 gol + 0,76 assist per pertandingan semua kompetisi — solid tapi tidak superstar-level dalam konteks
- Paling banyak umpan kunci antara non-pemain tengah Prancis periode 2021–2023 (menurut Opta)
- Lima besar pencipta chain xG (metrik dampak pemain)
Jadi ya—dia memberi nilai lebih dari sekadar mencetak gol. Tapi tidak—dia tak diperlakukan sebagai pemimpin meski jadi aset paling berharga di dunia.
Kesimpulan: Sukses Bukan Hanya Trofi — Tapi Struktur Kekuasaan — Dan Angka Tak Pernah Bohong — Jangan Sampai Kita Salah —
data-driven analysis tunjukkan kita salah ukur sukses kalau abaikan peran, dinamika kuasa, dan konteks. The moment we see football as systems—not just stars—we stop oversimplifying legends into myths.
DataKillerLA
Komentar populer (2)

Messi à Paris : le roi sans couronne
Alors on parle de “échec” ? Mais deux titres de Ligue 1 en deux ans, c’est du niveau chef d’entreprise, pas de flop.
Le vrai problème ? Pas les stats… mais la place !
Il était troisième au classement des penalties. Troisième ! Pour un mec qui coûte presque 100M€/an… C’est comme payer un chef étoilé pour faire la vaisselle.
Donc il a fait quoi ?
Pas de CL… non. Mais il créait plus d’occasions que n’importe quel autre joueur français entre 2021-2023. Il était l’ingénieur invisible du système.
Et quand il fallait bloquer un joueur avec son corps pendant une action ? Il s’allongeait sur le gazon comme un tapis de foot…
Alors c’est une réussite ?
Oui… si on arrête de mesurer le succès avec des lunettes trop grandes.
Vous pensez qu’il aurait fait mieux ailleurs ? Commentez vite — la discussion est lancée ! 🤔